Cinta dan Kebencian

| Rabu, 04 April 2018
Cinta dan Kebencian



Empedokles, seorang pemikir Yunani kuno pada abad ke-5 SM pernah mengatakan bahwa dunia ini dibentuk dari cinta dan kebencian. Keduanya harus ada untuk bisa menjadikan dunia ini sebagaimana adanya dunia yang kita kenal hingga saat ini. Dia mencontohkan dengan pembagian empat zaman dalam proses pembentukan alam semesta.

Pada zaman pertama, cintalah yang dominan. Cinta mencampurkan semua anasir, zat-zat yang ada di dalam alam semesta. Tidak ada benci, karena semuanya menjadi satu. Pada zaman kedua, ada Benci yang memecah-belah anasir-anasir tersebut. Cinta dan Benci pun hadir di dunia ini. Pada zaman ketiga, benci-lah yang menjadi dominan. Kebencian dan perpecahan mengalahkan dan mengesampingkan Cinta. Dan pada zaman keempat, setelah semua terpecah-belah karena Benci, Cinta kembali menyatukan segalanya.

Konsep Cinta dan Benci ala Empedokles bukan sekadar tentang hubungan antarlawan jenis saja, tetapi hubungan antara segala hal di dunia. Benci seolah menjadi sebuah hal yang menyebalkan, yang meresahkan, yang sebaiknya tak ada di dunia ini. Tetapi, melihat konsep di atas, bukankah disukai ataupun tidak, Benci haruslah ada untuk menjadi penyeimbang dunia ini? Bila tak ada Benci, maka tak ada dunia. Tak ada perpisahan. Tak ada pembaharuan. Tak ada siklus. Dan dunia ini tak akan berjalan sebagaimana mestinya.


Konsep Benci dalam Sebuah Hubungan

Kebencian dalam sebuah hubungan juga dianggap sebagai suatu hal yang bersifat destruktif, tak hanya hubungan antarlawan jenis, tetapi juga cinta terhadap orangtua, terhadap kawan, saudara, lingkungan, hingga pada pekerjaan. Tetapi, tanpa Benci tersebut, tidak akan ada Cinta. Atau kalaupun ada, Cinta tak akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. 

Pasalnya, konsep Cinta ada karena Benci ada. Begitu pula sebaliknya. Bila Kita tak membenci kesendirian, maka kita tak akan mencintai seseorang dan takut kehilangan dirinya. Bila kita tak membenci kemiskinan dan kejenuhan, kita tak akan mencintai pekerjaan kita. Bila kita tak membenci jarak, maka tak akan ada pertemanan. Dalam hubungan, Benci pun dapat digunakan untuk memperbaiki banyak hal. Misalnya, kita benci dengan kebiasaan buruk orangtua kita... kita pun kemudian berusaha keras mengubahnya, demi kebaikkan orangtua kita. Kebencian menggerakkan kita untuk mengubah dan menghindari sesuatu.

Meski begitu, Benci tak boleh hadir secara dominan. Seperti dalam segala konsep yang ada di dunia ini, segalanya toh harus seimbang. Cinta mempersatukan dan memelihara, benci mengubah dan memisahkan. Tak ada yang buruk bila keduanya ada di dunia ini.

Yang buruk adalah, saat keduanya menjadi dominan. Cinta yang terlalu besar sulit membangun, Benci yang terlampau besar akan merusak. Keduanya mesti hadir dalam porsi yang seimbang. Karena, bukankah sejatinya hidup yang ideal memang tentang keseimbangan, dan keberadaan segala hal, termasuk hal-hal yang kita anggap buruk?

ketika sesuatu yang tidak menyenangkan bagi salah kita terjadi,  hal tersebut tidak dikomukasikan dengan baik. Akhirnya dari rasa kesal dipendam, kemudian ditambah rasa kesal lainnya membuat perasaan itu berkembang menjadi marah, kemudian terus berkembang dan menjadi benci, dan puncaknya adalah rasa dendam...

_________________________________________________________________________________


di Dunia ini......
dimana ada Cahaya, maka disana juga akan ada Bayangan...
selama ada konsep Pertemuan, akan ada juga Perpisahan...
keinginan Egois untuk memperoleh Kebahagiaan,malah akan mendapatkan Penderitaan...
dan Kebencian akan Lahir untuk Melindungi Kasih Sayang...
itu semua adalah Hubungan yg tak bisa Dihindari...

"Saat kau mengenal Kasih Sayang, Kau juga menanggung resiko Kebencian" - Itachi

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲